Selasa, 09 Agustus 2016

PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH


Pemeriksaan tekanan darah dilakukan dengan menggunakan alat yang dinamakan sphygmomanometer atau tensimeter. Tekanan darah dinyatakan dalam tekanan sistolik per diastolik, dan dinyatakan dalam satuan mmHg (milimeter air raksa).
Klasifikasi tekanan darah dewasa (> 18 tahun) Kategori Sistole (mmHg) Diastole (mmHg) Normal <120 <80 Prehipertensi 120-139 80-89 Hipertensi Stage 1 140-159 90-99 Stage 2 > 160 90-99. Sphygmomanometer yang lazim digunakan adalah sphygmomanometer air raksa dan aneroid. Akan tetapi, jenis yang memiliki ketepatan pengukuran yang baik adalah sphygmomanometer air raksa.
  • Bagian Sphygmomanometer:
    1. Manometer, dengan Skala antara 0-300 mmHg.
    2. Bladder cuff (lapisan kain atau karet yang dapat diisi tekanan).
    3. Pompa karet dan pipa karet.
    4. Pemilihan Sphygmomanometer
    5. Panjang bladder harus ± 80% dari lingkar lengan atas.
    6. Lebar cuff harus ± 40% dari lingkar lengan atas.
    7. Bladder Cuff harus tetap terfiksir sewaktu dilakukan pemompaan
·         

Persiapan Pasien
Sebelum pemeriksaan tekanan darah dilakukan, terlebih dahulu dokter memberi salam dan memperkenalkan dirinya kepada pasien dengan sopan. Dokter kemudian menjelaskan prosedur, maksud dan tujuan pemeriksaan tekanan darah secara lisan dengan bahasa yang dimengerti oleh pasien kemudian mintalah persetujuan pasien. Usahakan agar pasien berada dalam kondisi tenang. Mintalah pasien untuk beristirahat selama ± 5 menit dan beritahukan agar pasien tidak melakukan aktifitas yang dapat mengacaukan interpretasi (penilaian) pemeriksaan tekanan darah seperti merokok atau minum minuman berkafein sekitar 30 menit sebelum pemeriksaan. Selanjutnya mintalah pasien untuk duduk atau berbaring. Ruang periksa haruslah nyaman dan tenang dengan pencahayaan dan ventilasi yang baik.Langkah-langkah persiapan pemeriksaan berikutnya adalah :
v  Periksalah terlebih dahulu lengan pasien yang akan dipasangi bladder cuff (manset). Lengan tidak boleh tertutup pakaian, tidak terdapat fistula intravena post dialisis, tidak ada parut operasi dan tidak ada tanda-tanda pembengkakan kelenjar getah bening. Pulsasi arteri (arteri brakialis) haruslah kuat (viable). Periksalah pulsasi  dengan mempalpasi arteri brakialis pada daerah fossa antecubiti pasien.
v  Posisikan lengan yang akan diperiksa tekanan darahnya sedemikian rupa, sehingga daerah fossa antecubiti tingginya sejajar dengan posisi jantung pasien yaitu sejajar dengan sela iga ke-4.
v  Bila pasien dalam posisi duduk (posisi terbaik dengan kaki di lantai), posisikanlah lengan pasien di atas meja yang tingginya sedikit di atas pinggang penderita. Bila pasien dalam posisi berbaring, posisikan lengan pasien sejajar dengan dadanya.
Cara Pengukuran Tekanan Darah:
  1. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien.
  2. Pasanglah bladder cuff pada pertengahan lengan atas pasien sebelah medial, tepat di atas arteri brakialis. Bagian bawah cuff berada 2,5 cm di atas fossa antecubiti. (Pastikan lilitan cuff tidak terlalu ketat atau longgar).
  3. Posisikan lengan pasien sedikit fleksi pada sikunya.
  4. Sebelum cuff dipompa, bukalah kunci tekanan manometer kemudian  katup pompa dikunci dengan cara memutarnya searah jarum jam.
  5. Hadapkanlah manometer ke arah pemeriksa.
  6. Terlebih dahulu tentukanlah tinggi tekanan darah sistolik secara palpasi, dengan cara sebagai berikut :
    * 
    Palpasilah arteri radialis pasien dengan jari kedua, ketiga, dan keempat tangan kanan pemeriksa serta ibu jari pemeriksa memegang pergelangan tangan pasien dari arah bawah dan rasakanlah pulsasinya.
    * 
    Pompa cuff dengan perlahan sehingga rabaan pulsasi arteri radialis pasien menghilang.
    * 
    Pada saat yang bersamaan, bacalah skala yang ditunjukkan manometer kemudian nilai yang didapat ditambahkan 30 mmHg.
    *
    Nilai yang didapatkan, dipergunakan untuk menentukan target tekanan cuff saat pemeriksaan, sehingga dapat mencegah ketidaknyamanan pasien yang disebabkan tekanan cuff yang terlalu tinggi.
  7. Bukalah kunci katup pompa, dengan cara memutarnya berlawanan dengan arah jarum jam dan kempiskanlah cuff secara cepat dan sempurna kemudian tunggulah selama 15-30 detik.
  8.  Pakailah stetoskop dengan ujung-ujung mengarah sesuai posisi anatomi liang telinga pemeriksa.
  9.  Letakkanlah permukaan diafragma stetoskop di atas arteri brakialis. Pastikan seluruh diafragma stetoskop menempel pada permukaan lengan pasien.
  10.  Kuncilah katup pompa, kemudian pompalah cuff, sampai mencapai nilai jumlah tekanan yang telah ditetapkan.
  11.  Bukalah kunci katup pompa dan turunkan tekanan secara perlahan-lahan  sekitar 2-3 mmHg per detik.
  12.  Dengarkanlah secara seksama suara Korotkoff yang terdengar. Catatlah angka skala pada manometer dimana suara Korotkoff terdengar pertama kali, yang dinyatakan sebagai tekanan sistolik.
  13. Turunkan terus tekanan cuff perlahan sampai suara Korotkoff semakin melemah hingga hilang sama sekali. Catatlah angka skala pada manometer, dimana suara Korotkoff terdengar terakhir sebelum tidak terdengar lagi atau hilang yang dinyatakan sebagai tekanan diastolik.
  14.  Turunkan terus tekanan cuff secara perlahan hingga angka skala pada manometer menunjukkan angka 0.
  15. Catatlah kedua angka tekanan tadi.Tekanan darah dinyatakan dengan nilai tekanan sistolik per diastolik.

0 komentar:

Posting Komentar