Jumat, 05 Agustus 2016

HIPERSENSITIVITAS

Hipersensitivitas  merupakan reaksi imun yang patologik, terjadi akibat respon imun yang berlebihan, sehingga menimbulkan kerusakan jaringan tubuh.

Gell dan Coombs, berdasarkan kecepatan dan mekanisme imun yg terjadi, membagi reaksi hipersensitivitas menjadi 4 tipe :
1.REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE I (Reaksi cepat atau reaksi anafilaksis Reaksi Alergi)
*Timbul segera sesudah badan terpajan dengan alergen.
*Von Pirquet (1906) yang pertama sekali menggunakan istilahnya.
*Berasal dari kata Yunani  ;  Ana = Jauh dari
                                                  Phylaxis = Perlindungan
*Pada reaksi ini, alergen yang masuk ke dalam tubuh →   respon imun → Ig E.
*Urutan kejadian tipe I adalah :
1.       Fase sensitisasi : waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE sampai diikatnya oleh reseptor spesifik pada permukaan sel mast dan basofil.
2.       Fase aktivasi : waktu selama terjadi pajanan ulang dengan antigen yang spesifik, sel mast melepaskan isinya yang berisikan granul yang menimbulkan reaksi.
3.       Fase Efektor : waktu terjadi respon yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek bahan-bahan yang dilepas sel mast dengan aktivitas farmakologik
2.Reaksi Hipersensitivitas Tipe II (Reaksi sitotoksik)
*Terjadi karena dibentuknya antibodi jenis IgG atau IgM terhadap antigen yg merupakan bagian sel pejamu.
*Antibodi yang terbentuk dapat mengaktifkan sel K yang memiliki reseptor Fc sebagai “ Antibody DependentCelluler Cytotoxicity (ADCC)”.
*Selanjutnya ikatan antigen antibodi dapat mengaktifkan komplemen yang melalui reseptor C3b memudahkan fagositosis dan menimbulkan lisis.
*Contoh :
                - Destruksi sel darah merah akibat reaksi transfusi.
                - Penyakit  anemia hemolitik.
                - Reaksi Obat.
                - Kerusakan jaringan pd penyakit autoimun
3,Reaksi  Hipersensitivitas tipe III (Reaksi kompleks imun)
*Terjadi bila kompleks Ag-Ab ditemukan dlm jaringan atau sirkulasi / dinding pembuluh darah dan mengaktifkan komplemen.
*Antibodinya adalah jenis IgG atau IgM.
*Komplemen yang diaktifkan → melepas Chemotactic Factors.
*Makrofag yang dilepaskan melepaskan enzim yang dapat merusak jaringan sekitarnya.
*Antigen dapat berasal dari :
1.       Infeksi patogen yang persisten (malaria)
2.       Spora jamur → alveolitis alergic ekstrinsik
3.       Jaringan sendiri (Peny.Autoimun
4.    Reaksi Hipersensitivitas Tipe IV (Cell Mediated Immunity (CMI), Delayed Type Hypersensitivity)
*Timbul lebih dari 24 jam setelah tubuh terpapar dgn antigen.
*Reaksi terjadi karena respon sel T  yang sudah disensitasi terhadap antigen tertentu.
*Akibat sensitasi → sel T melepaskan limfokin antara lain : Macrophage Inhibitor Factor (MIF), Macrophage Activation Factor (MAF).
  Makrofag yang diaktifkan dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
*Antigen yang dapat menimbulkan reaksi :
        Berupa jaringan asing (raksi Allograft)
        Mikroorganisme intraselluler (virus, mikrobakteria)
        Bahan kimia (protein) yang dapat menembus kulit, dan bergabung dengan protein yang berfungsi sebagai carrier.
        Tidak ada peranan antibodi
*Diperlukan masa sensitasi selama 1 – 2 mgg
*Antigen harus dipresentasikan terlebih dahulu oleh sel APC
*Kontak berulang akan menimbulkan rentetan                 reaksi yang menimbulkan kelainan khas dari CMI.
*Jenis-jenis  reaksi Hipersensitivitas tipe IV
                1. Reaksi Jones Mote
                2. Hipersensitivitas Kontak
                3. Reaksi Tuberkulin
                4. Reaksi Granuloma
Reaksi 1,2,3 timbul dalam 20 – 72 jam. Sedangkan Reaksi 4 timbul beberapa minggu setelah terpajan dengan antigen.


0 komentar:

Posting Komentar