Gell dan Coombs, berdasarkan kecepatan dan mekanisme imun yg terjadi, membagi reaksi hipersensitivitas menjadi 4 tipe :
*Timbul segera sesudah badan terpajan
dengan alergen.
*Von Pirquet (1906) yang pertama sekali
menggunakan istilahnya.
*Berasal dari kata Yunani ; Ana
= Jauh dari
Phylaxis = Perlindungan
*Pada reaksi ini, alergen yang masuk ke
dalam tubuh → respon imun → Ig E.
*Urutan kejadian tipe I adalah :
1.
Fase sensitisasi : waktu yang dibutuhkan untuk
pembentukan IgE sampai diikatnya oleh reseptor spesifik pada permukaan sel mast
dan basofil.
2.
Fase aktivasi : waktu selama terjadi pajanan
ulang dengan antigen yang spesifik, sel mast melepaskan isinya yang berisikan
granul yang menimbulkan reaksi.
3.
Fase Efektor : waktu terjadi respon yang
kompleks (anafilaksis) sebagai efek bahan-bahan yang dilepas sel mast dengan
aktivitas farmakologik
2.Reaksi Hipersensitivitas Tipe II (Reaksi
sitotoksik)
*Terjadi karena dibentuknya antibodi jenis
IgG atau IgM terhadap antigen yg merupakan bagian sel pejamu.
*Antibodi yang terbentuk dapat mengaktifkan
sel K yang memiliki reseptor Fc sebagai “ Antibody DependentCelluler Cytotoxicity (ADCC)”.
*Selanjutnya ikatan antigen antibodi dapat
mengaktifkan komplemen yang melalui reseptor C3b memudahkan fagositosis dan
menimbulkan lisis.
*Contoh :
-
Destruksi sel darah merah akibat reaksi transfusi.
-
Penyakit anemia hemolitik.
-
Reaksi Obat.
-
Kerusakan jaringan pd penyakit autoimun
3,Reaksi Hipersensitivitas tipe III (Reaksi kompleks imun)
3,Reaksi Hipersensitivitas tipe III (Reaksi kompleks imun)
*Terjadi bila kompleks Ag-Ab ditemukan dlm
jaringan atau sirkulasi / dinding pembuluh darah dan mengaktifkan komplemen.
*Antibodinya adalah jenis IgG atau IgM.
*Komplemen yang diaktifkan → melepas
Chemotactic Factors.
*Makrofag yang dilepaskan melepaskan enzim
yang dapat merusak jaringan sekitarnya.
*Antigen dapat berasal dari :
1.
Infeksi patogen yang persisten (malaria)
2.
Spora jamur → alveolitis alergic ekstrinsik
3.
Jaringan sendiri (Peny.Autoimun
4.
Reaksi Hipersensitivitas Tipe IV (Cell Mediated
Immunity (CMI), Delayed Type Hypersensitivity)
*Timbul lebih dari
24 jam setelah tubuh terpapar dgn antigen.
*Reaksi terjadi
karena respon sel T yang sudah
disensitasi terhadap antigen tertentu.
*Akibat sensitasi →
sel T melepaskan limfokin antara lain : Macrophage Inhibitor Factor (MIF),
Macrophage Activation Factor (MAF).
Makrofag yang
diaktifkan dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
*Antigen yang
dapat menimbulkan reaksi :
–
Berupa
jaringan asing (raksi Allograft)
–
Mikroorganisme
intraselluler (virus, mikrobakteria)
–
Bahan
kimia (protein) yang dapat menembus kulit, dan bergabung dengan protein yang
berfungsi sebagai carrier.
–
Tidak ada peranan antibodi
*Diperlukan masa
sensitasi selama 1 – 2 mgg
*Antigen harus
dipresentasikan terlebih dahulu oleh sel APC
*Kontak berulang
akan menimbulkan rentetan reaksi
yang menimbulkan kelainan khas dari CMI.
*Jenis-jenis reaksi Hipersensitivitas tipe IV
1. Reaksi Jones Mote
2. Hipersensitivitas Kontak
3. Reaksi Tuberkulin
4. Reaksi Granuloma
Reaksi 1,2,3 timbul dalam 20 – 72
jam. Sedangkan Reaksi 4 timbul beberapa minggu setelah terpajan dengan antigen.
0 komentar:
Posting Komentar